Kopi Senja

Jadi begini, kebetulan sekali kita bertemu di satu titik kota yang tidak terlalu ramai. Ngopi bareng, kamu menggeser tempat dudukmu lebih dekat

"sudah ada yang bisa meluluhkan keras hatimu?"

"hm, belum"

"satupun?"

"tidak satupun."

...

Kadang, kamu tak tega memberikan hatimu yang patah itu pada orang lain, takut kalau-kalau sisa patahan bisa melukai tangan dan kakinya. Takut kalau dia terlalu keras berusaha buat menyembuhkan dan malah lupa tentang bahagianya sendiri.

Lalu kamu memutuskan mendekapnya untuk dirimu saja. Lama sekali sampai kamu lupa bahwa ada yang berusaha datang untuk merapikan, meletakkan sisa patahan di tempat yang aman.

"yang kemarin itu, kamu yang lepaskan?"

"pergi sendiri"

"kalau ada yang mengetuk lagi, bagaimana?"

Hujan yang tiba-tiba turun deras menyamarkan ucapanku yang lirik, jadi kutebak kamu tidak mendengar.







Rahmah Istiqomah



Komentar